Jumat, 27 Januari 2017

Pondok Pesantren

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.

Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

Definisi pesantren

Secara Etimologi atau (istilah) pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan

Demikian adalah pengertian pondok pesantren, semoga bermanfaat...

Rabu, 18 Januari 2017

Profil

PROFIL PONDOK PESANTREN
1. Nama Pondok Pesantren : ABU DZARRIN
2. Akte Notaris                     : 693/1982
3. Alamat                             : Jl. Hos Cokroaminoto No 29 PO BOX 126
Desa                                    : Sumbertlaseh
Kecamatan                          : Dander
Kabupaten                          : Bojonegoro
Provinsi                               : Jawa Timur
No. Telp                              : 0353-886748, 884145, 882833

4. Izin Operasional              : Departemen Agama Kabupaten Bojonegoro
5. Nomor Statistik                : - Lama : 512 35 22 15 065
                                              - Baru : 511 2 35 22 0023
6. Tahun Berdiri                   : 25 September 1919
7. Penyelenggara                 : Yayasan
8. Nama Penyelenggara       : Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Abu Dzarrin
9. Nomor Akte Yayasan        : 693/1982
10. Akte Yayasan                  : Yatiman Hadisupardjo, SH
11. Alamat Yayasan               : Jl. KH.R. Moh. Rosyid No.29 Kendal / Sumbertlaseh
12. Nama Pendiri                   : - KH. Abu Dzarrin
13. Kepemilikan Tanah          :
- Status Tanah : Hibah
- Luas Tanah : 10,432 m2
- Luas Bangunan : 3,6954 m2
14. Unit Pendidikan :
a. Madrasah Kurikulum ( RA, MI, MTs, MA, SMK PPAD )
b. Madrasah Diniyah :
1. Madrasah Takhassusiyyah ( MTHA )
2. Madrasah Al Adnaaniyah ( MAN )
c. Program Paket C
d. Program DikDas Wajar 9 tahun
e. Tahfidzul Qur’an
f. Majlis Ta’lim untuk Masyarakat Umum
1. Jam`iyyah Ahlit Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah
Setiap Sabtu Kliwon
2. Jam’iyyah Rotibul Haddad
Setiap Kamis Wage
g. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Ar Roudloh
15. Jumlah Santri :
- Santri Reguler menetap di asrama : 462 Santri ( Putra-Putri )
- Santri Reguler tidak menetap di asrama : 31 Santri
16. Kajian Kitab Kuning :
1. Pengajian Kitab Tafsir Jalalin
- Tiap selesai sholat Maghrib ( Untuk Santri Putra )
- Tiap selesai sholat Dluhur ( Untuk Santri Putri )
- Tiap Hari Selasa Pagi ( Untuk Masyarakat Umum )
2. Pengajian Kitab Fathul Mu’in ( Untuk Santri Putra Tingkat Aliyah )
3. Pengajian Kitab Fathul Qorib ( Untuk Seluruh Santri )
4. Pengajian Rutinitas tiap selesai sholat maktubah.
5. Dll.
17. Ekstra Kurikuler :
1. Bahtsul Masa’il Waq’iyyah
2. Lajnah Masa’il Nahwiyah Shorfiyah
3. Kajian Kutubus Salaf
4. Khitobiyah
5. Tadribud Da’wah
6. Kursus Komputer
7. Kursus Menjahit
8. Seni Hadrah Al-Habsy
9. Pandidikan Organisasi / Kepemimpinan (Manajemen Leadership )
10. Bermacam – macam berbagai pendidikan keterampilan
( antara lain : pertukangan, pertanian, peternakan, perpustakaan, DLL. )
                                                                                    
                                                                                  Pengasuh




 Pondok Pesantren Abu Dzarrin





KHM. MUNA'AMUL CHOIR Dy.
K. ABDUL KHOLIQ MUNIR

Profil Pondo Pesantren Abu Dzarrin

SEJARAH SINGKAT BERDIRI DAN PERKEMBANGAN
PONDOK PESANTREN ABU DZARRIN

    I       RIWAYAT BERDIRINYA PONDOK PESANTREN ABU DZARRIN

1.      Pada tanggal 25 september 1919 M ,Pondok Pesantren Abu Dzarrin didukuh Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro mulai dirintis dan didirikan oleh seorang ‘ulama’ besar yang bernama KH.Abu Dzarrin ,bangunan yang ada mulanya hanya berupa sebuah masjid, dan merupakan bangunan yang sudah tua yakni peninggalan seorang  penghulu Bojonegoro yang bernama H.Umar, sementara santri yang ada baru satu atau dua dari desa setempat dan sekitarnya .
2.      Tidak berapa lama kemudian oleh beliau didirikan sebuah bangunan dari kayu jati yang sederhana terdiri dari 7 kamar sebagai tempat santri yang menetap.namun semakin hari santri semakin meningkat perkembangannya dan hanya bangunan tersebut satu-satunya yang pertama didirikan yakni pada tahun 1924 M .
3.      Namun pada tahun 1924 M,beliau terpaksa meninggalkan pondok pesantren yang dirintis sementara waktu untuk menunaikan rukun islam yang ke-5 yakni ibadah haji ke Baitulloh yakni makkatul mukarromah dan beliau bermukim disana selama 2 tahun untuk belajar atau istifadatul ‘ilmi pada guru & ‘ulama’ besar di sana .
4.      Dan pada waktu beliau bermukim di Makkah selama 2 tahun ( 1924 – 1926 ) yang memegang dan mengelola roda penididikan para santri dipesantren adalah :
1.  KH. Ma’sum ( seorang na’ib di mantub Lamongan yakni saudara misanan KH. Abu Dzarrin ).
2.      KH. Basyir ( penghulu bojonegoro pada waktu itu ).
5.      Pada waktu beliau kembali dari tanah suci Makkah,maka semakin banyak perkembangan santri baik di daerah Bojonegoro maupun sekitarnya.dan tidak sedikit diantara para santri yang dulunya pernah menjadi santri beliau sewaktu membantu mengajar di pondok pesantrenya KH. Kholil (Mbah Kholil) bangkalan Madura kira-kira selama tiga tahun,dan santri beliu ketika membantu mengajar dipondok pesantren termas pacitan dibawah pengasuh KH. Raden Dimyathi & KH. Mahfudz serta KH. Abu Dzarrin menetap dipesantren tersebut kira-kira selama 6 tahun.dengan semakin tambahnya perkembangan para santri ,sudah barang tentu bangunan tersebut tidak memadai untuk para santri , sehingga beliau berusaha untuk menambah bangunan ,dan Alhamdulillah akhirnya terwujud 5 bangunan yang terdiri dari 15 kamar .namun sekalipun sudah terwujud bangunan yang baru masih juga belum memadahi untuk menampung para santri karena mengalami perkembangan yang sangat pesat dan tidak sedikit santri yang datang dari luar daerah seperti Jawa Timur ,Jawa Tengah ,Yogyakarta , Jawa Barat ,Sumatera bahkan ada yang dari luar negri yakni Singapura sebanyak 5 orang ,dan jumlah keseluruhan kurang lebih sekitar 200 orang .
6.      Pada tahun 1933 M .mulailah dirintis pendidikan formal yakni madrasah mulai dari kelas 0 ( nol )besar untuk menampung anak – anak disekitar pesantren dan selama berjalan kurang lebih 3 tahun perkembangan madrasah tersebut belum bisa berkembang sesuai dengan yang diharapkan , bahkan semakin hari mengalami kemorosotan karena situasi setempat yang kurang memungkinkan, sehingga untuk sementara waktu dibekukan / difakumkan.
7.      Dan pada era negara ini dijajah oleh Jepang, pesantren mengalami suatu kemunduran, karena tidak sedikit santri yang meninggalkan pondok pesantren akibat situasi dan kondisi pada saat itu kurang menguntungkan bagi keselamatan dan kehidupan para santri. Namun juga tidak sedikit para santri yang masih menetap dan bertahan  di pesantren untuk menerusakan belajarnya sekalipun dalam keadaan yang sangat sulit dan genting, dan sekalipun situasi dan kondisi pada saat itu sangat rawan dan penuh dengan kesulitan dan kekurangan, akan tetapi kegiatan dan pendidikan di pesantren tetap berjalan sebagai mana biasa, baik pengajian umum maupun kegiatan- kegiatan lainnya.
8.      Pada Era Revoliusi 1945 M. pondok pesantren bukan hanya di huni oleh para santri namun juga menjadi tempat alternatif oleh para pengungsi atau gerilyawan para pejuang kemerdekaan melawan belanda. Pondok pesantren juga di jadikan benteng pertahanan pejuang kemerdekaan pada saat itu, dan pada masa revolusi pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pendidikan,namun juga ikut andil  yang sangat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kekuasaan penjajah, bertambahnya pejuang – pejuang dari pesantren adalah berkat pendidikan yang di tanamkan oleh para ‘ulama’di lubuk hati yang sangat dalam untuk tetap mempertahankan misi yang di ajarkan oleh Rosululloh SAW, yakni “cinta tanah air adalah merupakan sebagian dari pada iman”.
9.      Pada tahun 1947 M. Oleh KHM. Dimyathi putra KH. Abu dzarrin, madrasah yang dulunya di bekukan atau di berhentikan sementara, mulai di teruskan kembali, yang dimulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyyah (MI) dengan nama madrasah  salafiyah, dan  saat  itu  baru   menampung  murid  laki-laki.  Dan KHM. Dimyathi berusaha keras untuk mengembangkan madrasah tersebut agar lebih maju dan berkembang sangat pesat. Akhirnya berkat usaha keras dan keikhlasan hati beliau dalam memperjuangkan agama islam akhirnya madrasah tersebut semakin hari semakin berkembang dan semakin maju sehingga sampai saat sekarang madrasah tersebut tetap bertahan dan semoga tetap abadi dan lestari sampai hari kiamat. Amin…… dan pada tahun 1947 M. Madrasah tersebut mendapat pengesahan dan piagam dari Departemen Agama Republik Indonesia. Dan pada tahun 1978 M. Piagam tersebut di perbaharui oleh kepala bidang pendidikan agama pada kantor wilayah departemen agama Jawa Timur dengan status terdaftar serta menggunakan kurikulum Departemen Agama Republik Indonesia. Adapun setelah di bukanya kembali madrasah pada tahun 1947 M. tempat murid belajar adalah sebuah bangunan kecil  yang sangat sederhana (semi sempurna) yang berukuran  7 x 8 m. dan terdiri dari dua lokal, sedangkan sebagian murid yang lain menempati serambi Masjid pada tahun 1959 M.
10.  Kemudian pada tahun 1953 M. mulailah di rintis Madrasah Tsanawiyah (MTs) oleh KHM. Dimyathi bin KH. Abu dzarrin untuk menampung / melanjutkan belajar para murid yang telah tamat belajar di tingkat ke pendidikan yang lebih tinggi. Dan Alhamdulillah semakin hari semakin meningkat, para siswa yang melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah yang di beri nama Madrasah Islam Salafiyah Roudlotul Ilmiyah (MISRI). Yang sementara di tempatkan di Masjid, karna belum punya gedung yang resmi.
11.  Pada tahun 1956 M. mengalami peningkatan siswa yang tidak sedikit, sehingga gedung yang sudah ada tidak dapat menampung dari sekian banyaknya siswa dan santri, maka masing-masing terdiri dari 6 kamar yang salah satunya berada di samping kanan Masjid sekaligus sebagai perluasan serambi Masjid yang terdiri dari 6 kamar lainnya hanya untuk tempat santri. Sekaligus untuk sekolah, sedang yang 6 kamar lainnya di gunakan untuk santri, sehingga jumlah gedung saat itu sebanyak 8 gedung yang terdiri dari 46 kamar ditambah sebuah Masjid dan gedung madrasah kecil 2 lokal.
12.  KH. Abu dzarrin selain mendidik dan mengajar para santri yang menetap di pesantren juga mengadakan pengajian rutin yang sifatnya umum, untuk kaum dewasa atau orang tua. setiap hari selasa pagi, untuk orang pria kurang lebih sekitar 200 orang. Sedangkan untuk orang wanita, pada hari selasa siang, yang kurang lebih sekitar 400 orang, dan juga pengajian rutin setiap selesai sholat jum’at.
13.  Pada hari kamis tanggal 5 juni 1958 M. KH.abu dzarrin di panggil untuk menghadap alloh SWT. (wafat) yang pada saat itu jumlah santri sekitar 300 santri yang menetap di pesantren. Sejak saat itu pengasuh dan pengelola pondok pesantren di teruskan oleh putra laki-laki beliau yang pertama yaitu KHM. Dimyathi dan di bantu oleh putra keduanya yaitu KHA. Munir an. Dan sejak itu pula pondok pesantren ini di beri nama pondok pesantren ABU DZARRIN untuk menghormati dan mengingat jasa beliau sebagai perintis dan pendiri pondok pesantren.
14.  Semenjak KH. Dimyathi menggantikan KH. Abu dzarrin beliau berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk lebih meningkatkan pendidikan yang ber ada di pesantren atau yang berada di madrasah yang formal baik dari segi kwalitas maupun kwantitas pendidikan. Dan hal itu dapat kita lihat dan kita rasakan dari perkembangan pendidikan pada masa- masa berikutnya.
15.  Pada tahun 1959 M. gedung asrama putra yang sudah tua dan sudah tidak layak untuk di huni, di bongkar, dan di bangun kembali gedung yang baru yang terdiri dari dua buah gedung asrama bertingkat (komplek kapas). Serta di bangun pula musholla yang besar bagi putra untuk jama’ah & belajar / mengaji oleh para santri putra dan kaum pria dewasa. Dan juga di bangun sebuah gedung tembok yang terdiri dari 12 lokal termasuk ruang kantor madrasah.
16.  Dan pada tahun 1959 M. beliau juga mendirikan dua buah bangunan yang terdiri dari 12 kamar dan sebuah mushola untuk pondok pesantren abu dzarrin putri, dan pada saat itu pula pndok pesantren abu dzarrin mulai menampung / mengelola serta mengasuh santri putri baik tingkat Madrasah Ibtidaiyyah (MI) maupun Madrasah Tsanawiyah ( MTs). Dan Alhamdulillah akhirnya banyak pula santri putri yang menetap di pesantren atau yang masuk madrasah.
17.  Pada tahun 1960 KHM. Dimyathi Adnan sebagai pengasuh ponpes abu dzarrin mendirikan Madrasah Mu’alimin Mu’alimat (untuk mendidik calon guru) 4 tahun.
18.  Kemudian pada tahun 1970 M. madrasah mu’alimin mu’alimat dibubarkan sebagai gantinya didirikan madrasah aliyah baik putra maupun putri jurusan agama dan pada tahun 1981 / 1982 M. ditambah juga jurusan IPS. Madrasah Aliyah (MA) – Madrasah Tsanawiyah (MTS) – Madrasah ibtida’iyah (MI) semua berstatus terdaftar oleh Departemen Agama dan juga mendapat bimbingan dan bantuan guru negeri pada semua tingkatan dari departemen agama.
19.  Pada tahun 1974 M. KHM.Dimyathi Adnan mendirikan sebuah gedung berukuran 44 M x  8 M. yang terdiri dari 8 ruang termasuk ruang kantor untuk menampung murid madrasah yang semakin bertambah, namun juga masih belum memadai, sehingga sebagian siswa terpaksa masih ada yang menempati gedung darurat.
20.  Pada permulaan tahun 1979 M. / 1980 M. mulai dirintis taman pendidikan kanak-kanak (namun saat itu masih taraf persiapan) sambil menunggu pembangunan gedung dan peralatan yang dibutuhkan sebagai tempat belajarnya. Dan pada saat itu pula Madrasah Aliyah (MA) - Madrasah Tsanawiyah (MTS) – Madrasah ibtida’iyah (MI) diberi nama Madrasah Abu Darrin sebab madrasah tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Abu Dzarrin.
21.  Selanjutnya, mulai Tahun 1980 M. pembangunan fisik dilaksanakan secara besar-besaran dan bertahap. Tahap yang pertama direhabilitir beberapa gedung asrama yang sudah tua diantaranya ada yang di bongkar total dengan mendirikan bangunan yang baru.






      II            LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERADA DALAM NAUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN ABU DZARRIN :

1.      Pendidikan Formal
A.      Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
B.      Roudlotul Athfal (RA)
C.      MadrasahIbtida’iyah (MI)
D.     Madrasah Tsanawiyah (MTS)
E.      Madrasah Aliyah (MA)
F.       Sekolah Menengah Pertama POndok Pesantren Abu Dzarrin (SMK PPAD)
G.     Sekolah Menengah Kejuruan POndok Pesantren Abu Dzarrin (SMK PPAD)

2.      Pendidikan Non Formal
A.      Madrasah Takhasusiyah Al Dimyatiyah (MTHA).
B.      Madrasah AL Adnaniyah (MAN)
C.      Jam’iyyah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah
D.     Tahfidzul Qur’an
E.      Majlis Rotibul Haddad
F.       Pengajian Kitab Kuning dengan sistem sorogan / wetonan untuk para santri baik putra maupun putri.
G.     Majlis Ta’lim (pengajian bagi kaum tua) dengan system kuliah.
H.  Program Excelent SMP & SMK Abu Dzarrin
I.  Bermacam-macam pendidikan keterampilan antara lain : pertukangan, peternakan, perpustakaan, pramuka, bengkel (montir), komputerisasi, DLL.

Demikian sekilas biografi atau sejarah berdirinya PonPes Abu Dzarrin. Namun sampai saat ini kalau kita perhatikan sudah semakin banyak sekali perubahan dan perkembangan baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, namun apabila sampai saat ini masih belum bisa tertulis secara terperinci, mudah-mudahan waktu yang akan datang dapat ditulis dengan rinci sehingga semakin hari kita selalu dapat mengetahui perkembangan pendidikan dipondok pesantren Abu Dzarrin.
Dan semoga amal dan jasa beliau yang telah merintis dan mendirikan pendidikan ini merupakan amalan yang baik dan diterimadisisi Allah SWT. Sehingga beliau diselamatkan dan diampuni semua dosa-dosanya, yang akhirnya dimasukkan kedalam surga tempat nikmat dan rahmat Allah SWT dengan tanpa hisap, Amin………………
Kepada para pengasuh, keluarga PonPes Abu Dzarrin, pengurus, santri, alumni, serta orang-orang yang mengetahui secara pasti sejarah berdirinya Pon. Pes Abu Dzarrin Kendal, bila ada kesalahan ataupun hal-hal yang tidak benar yang tidak sesuai dengan semestinya, kami mohon dengan sangat atas saran dan pembetulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada dan yang terjadi.

Sekian,
                
                 Penulis



Pengurus Pondok Pesantren Abu Dzarrin

Sumber kutipan dari sejarah yang ditulis oleh sumber-sumber yang mengetahui latar belakang berdirinya pesantren ini.





(Kritik dan saran serta koreksi merupakan harapan kami)